senja belum lagi sempurna merekah jingga
saat kukatupkan bibir rapat-rapat menahan langkah yang
terseret oleh masa yang tak ingin menunggu barang sebentar saja
lalu memulai kembali perjalanan yang membelah hari-hari
dengan caranya sendiri
di sudut sebuah jalan,
berdiri seorang lelaki tua dengan deret daun-daun yang
tidak kumengerti maknanya
mungkin ia sedang mengais rezeki untuk anak dan istri di rumah
sambil berharap seseorang menghentikan kendara
di satu sisi yang lain
menara sayup-sayup memantul-mantulkan seruannya
kepada langit
sementara mereka masih terlelap dalam istirahat siang
masing-masing
seolah lupa bahwa seorang kawan telah bernasihat,
bukan di sini tempatnya
nanti saja, di surga
lalu di suatu titik
anak-anak bersenda gurau dengan senyum manis
berteriak tentang mainan warna-warni atau sejumput
manisan yang lambungkan harapnya sore itu
sebab esok baginya adalah cahaya bersinar-sinar yang belum
pasti datangnya
sementara kau terlampau sibuk merangkai imaji
seolah telah tahu di mana nanti umur akan terhenti
dalam sebuah perjalanan panjang
jiwa-jiwa hanya terdiam menyusuri jalan
tapi mataku telah terlampau lelah bergumul dengan masa
aku akan segera tiba di sana
ke rumah tempat aku pulang
Kutipan dari buku Jeda Sejenak
Komentar
Posting Komentar