Perjalanan Menuju Dunia Kampus

Sebelum lulus sma saya sudah berpikir bahwa  aku nggak akan kuliah. Soalnya saya sudah capek belajar. Pengennya langsung kerja dan nikah. Hehehehe…. Tapi seiring dengan berjalannya waktu banyak suara-suara yang pengangguran menghampiri, e kamu kuliah saja nantinya coba liat saya Cuma makan tidur nggak kerja juga seperti kata lagu Bebas Merdeka di bawah ini : 
 
Banyak yang bertanya
aku ini mau jadi apa?
kok nggak kuliah juga nggak kerja
tapi kujawab inilah ku adanya
tapi jangan kira
aku gak berbuat apa-apa
aku berkarya dengan yang ku bisa
dan yang penting aku bahagia
dst.
Namun Gue piker-pikir bener juga tu kata seniorku yang udah 2 tahun ini jadi pengangguran. Ich ngerinya MI… Setelah kelulusan gue pusing mau kuliah tapi entah ambil jurusan apa. Dan terpikir satu jurusan yakni Teknik informatika. Waw keren banget tuh tapi sayang nggak kesampean. Setelah SNMPTN dan yang lain-lain kelar gue kalang kabut entah mau kemana. Mau ke Stimik Dipanegara tapi takut salah jalur. Kek kereta api yang keluar dari RELnya, ngeri banget. Tidak lama kemudian muncul USM STAN yang super ketat seperti kostum Superman dan prosesnya berbelit-belit kek labirin, tapi dengan harapan dan keyakinan yang minim aku mencoba. Hahahay….. pantes nggak lulus klo begini.
Mulailah aku mencari tahu bukan tempe tapi tahu gimana alur tuk daftar jadi calon mahasiswa di sana. Mulailah di cari-cari di google dan dapat berbagai macam berita tentangnya dan semakin nggak percaya bisa lulus. Tapi tetep mencoba, cara ngambil formulirnya pun sangat sulit karena melalui media online dan karena serentak se Indonesia jadinya susah banget tembusnya. Pakai popok atau pembalut atau kondom apa sich kok susah tembus. Hehehehe…… ngaco lagi ni para pembaca. Tapi tetep mencoba sampai berhari-hari berminggu-minggu sampai hampir penutupan pendaftaran baru bisa tembus. Ya Alhamdulillah. Setelah itu ngumpulin berkas-berkas di kantor STAN di Jl. Ahmad Yani pas ambil nomer antrian wau nomer 300 lebih itupun pemberian dari teman SMP gue, ya ampun ngantri dari pagi jam 2 baru dapat giliran dan ketiban sial pula karena pas nomer saya mau disebut e malah pas juga waktu istirahat malah yang antri banyak sekali lagi dan nggak ada tempat duduk juga malah istirahat. Woi sebutin nomer antrianku lah… nunggu lagi dagh sampai kelar istirahat……. Akhirnya giliranku tiba dan waktu menunjukkan pukul 13.30 wita huft da panas-panas nunggu Cuma ukur tinggi dan berat badan tanda tangan dan ambil nomer tes, huft selesai. Dapat lokasi ujiannya di SMPN 6 Makassar dan sumpah ujiannya susah banget apalagi soal Bhs. Inggris ampun dagh saya apalagi jawab salah -1,,,, Tobatko Chanci. Udah capek-capek dating dengan muka bodohku akhirnya aku beranikan diriku tuk nengok ke papan tempat pengumuman itu ditempel. Mata sampai melotot kaget melihatnya karena dari beribu-ribu pendaftar ternyata setiap jurusan hanya ada 6 orang yang lulus, susah banget masuk STAN.
Akhirnya coba-coba daftar di STIM Nitro ambil D-3 Perbankan dan Keuangan, jiah maunya jadi karyawan perbankan gitu kan gagah diliatnya. Hehehe… terus kiranya aku cuma sendiri dari asal sekolahku ternyata banyak juga. Jadinya seperti genk kampus. Hehehehe….. pas pengumuman kelulusan dinyatakan lulus tapi orang tua malah nggak mendukung. Lantas ada om yang kerjanya jadi dosen di salah satu kampus swasta di Makassar. Di ajakin dagh daftar disitu namanya Akademi Sandi Karsa yang menjadi kampus tercintaku saat ini. Ya iyalah masa cintanya ama Unhas atau kampus terkenal yang lainnya. Waktu itu disuruh milih jurusan, kan di Sandi Karsa saat itu ada 3 jurusan tapi Cuma disuruh milih salah satu dari 2 jurusan. Nagh yang satunya kok nggak disuruh milih, mau tahu atau tempe ? aku kasi tahu djah yagh. Ya jelaslah kan jurusan yang satu adalah jurusan kebidanan. Ada-ada ajah jadinya ngaco gini degh.
Ya maunya kuliah diFakultas Tekhnik Komputer atau paling tidak sesuai dengan jurusanku waktu SMA yakni IPS, tapi udah aku bilang mungkin karena akunya rada-rada stress jadinya nyemplung di Farmasi. Biar gampang dapat obatnya kali. Jadi lo kambuh kan nggak ngerepotin dosen. Ini kisahku, bagaimana dengan kalian ?

Komentar

Posting Komentar